Alhamdulillah, dakwah Rasulullah senantiasa terus bergulir, bak rantai yang saling mengikat dan menyambung...Inilah dakwah kita...Dakwah yang secara turun temurun diwariskan oleh Rasulullah dan para kesatria agungnya ( red: Sahabat ), hingga sampai pada kita semua...Shalawat beriringan salam serta doa sudah selayaknya kita sampaikan kepada mereka, pengusung panji, pembawa cahaya terang Islam dari kegelapan Zaman. Semoga dakwah ini tidak pernah mati, bahkan ia terus hidup...tumbuh menancap di Bumi, menjulang tinggi menenmbus langit-langit cahaya... Dalam al Qur’an Allah berfirman : Artinya :
” Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.Dan perumpamaan kalimat yang buruk[787] seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” ( Qs. Ibrahim : 24-27 ) [786] termasuk dalam Kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti Laa ilaa ha illallaah. [787] termasuk dalam Kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik. [788] yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 di atas. Saudaraku, ayat di atas mencoba memahamkan kita semua tentang keindahan menegakkan kalimatullah ( Amar ma’ruf nahi munkar ), sekaligus mengajari kita tentang apa dan bagaimana hakikat dakwah itu sendiri. Sebuah personifikasi yang menarik, tendensi yang unik, ” Dakwah” ibarat pohon yang menancap akarnya di bumi dan tumbuh menjulang tinggi ke langit, dan memberikan hasil yang sempurna ( buah ) dengan seizin-Nya... Ibarat pohon tadi, dakwah setidaknya memiliki 4 segmentasi penting, diantaranya :
1. Sistem ( manhaj ) dakwah
” Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari kumpulan hal-hal, kaidah, objek yang disatukan yang berinteraksi dan berinterpedensi hingga membentuk suatu totalitas keteraturan ”. Maka, yang harus kita pahami, Islam adalah satu-satunya sistem hidup ( minhajul hayyah ) yang tunggal, mandiri dan berbeda dngan sistem yang lain. Inilah orientasi dakwah kita, dakwah islamiyyah, dakwah yang murni tanpa pembebanan, karena hakikat dari dakwah itu sendiri adalah ”Pembebasan”. Inilah dakwah harokah, yang senantiasa berdinamisasi terhadap perubahan, dakwah yang senantiasa bergerak, tanpa henti.... Saudaraku, inilah yang menghidupi kita, dan dakwah kita hidup karenanya...namun, yang terlihat kenapa dakwah ini kian hari kian berat, bukan karena setumpuk permasalahan yang menjadi ancaman, tapi kita sendirilah yang masih terbebani dengan dakwah-dakwah kita...antara keraguan untuk berbuat juga antara kekhawatiran salah dan kalah. Hingga yang muncul adalah pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sendiri, sementara jawaban-jawaban tidak pernah diberikan...Inipun yang saya alami... Saudaraku, bebaskanlah diri kalian... Kadang kita menjadi kaku di tengah dinamika dan tusukan zaman. Atau kita sendiri yang tidak berani berfikir untuk ” bebas”, sehingga yang ada di pikiran adalah apa yang pendahulu kita lakukan, bukan apa yang akan kita lakukan. Yang ada hanyalah merujuk, bukan menunjuk... Ingatlah, manhaj kalian adalah manhaj Al Qur’an , sebagaimana Said qutb menyatakan : ” Al Qur’an bermaksud membangun jama’ah, harokah dan akidah dalam satu waktu. Ia bermaksud membangun jamaah dan harokah dengan akidah, dan ingin membangun aqidah dengan jamaah dan harokah. Ia menghendaki akidah itu mewujud ( externalized ) dalam jamaah yang dinamis dan progresif, sementara jamaah yang dinamis dan progresif ini merupakan perwujudan ( bentuk nyata ) dari akidah.” 2. Lingkungan dakwah
Lingkungan dakwah adalah apa yang ada disekitar dakwah, yang menjadi pendukung sekaligus objek dakwah itu sendiri. Yang perlu dipahami, setiap muslim memiliki kewajiban sekaligus hak untuk berdakwah dan disisi lain umat juga mempunyai kewajiban dan hak untuk didakwahi... Di pertemuan halaqoh sering kita membahas tentang ”ta’riful medan” (pengenalan medan dakwah), namun yang terjadi, kenapa kita menjadi salah atau disorientasi terhadap medan dakwah kita. Sering saya melihat ikhwah aktivis yang sangat getol memahami buku-buku dakwah kampus, namun kadang terpikir kenapa kita melupakan satu orientasi dakwah kampus kita,....masyarakat.... Saya merujuk pada lembar-lembar awal buku ” perlawanan dari masjid kampus”, Disana yang saya dapati adalah barisan kalimat yang menyatakan, bahwa pemuda ( red : mahasiswa ) adalah komunitas intelektual yang dengan dinamikanya menjadi jembatan antara rakyat dan negara. Dengan intelektualitasnya, mereka menjadi ”pengawal setia” (red : pelindung ) masyarakat, dan di sisi yang sama mereka menjadi ”penasehat yang bijak” (red : pengontrol) kebijakan raja (kepala negara). Pahamilah, umat ini mempunyai kewajiban sekaligus hak untuk didakwahi...Saudaraku, jangan batasi dakwah kalian, karena dakwah itu tidak mempunyai sekat pembatas.... 3. Metodologi dakwah
Bagaimanapun caranya, dakwah akan senantiasa terus bergulir, di tengah dinamisasi masyarakat, karenanya dibutuhkan sebuah metodologi yang tepat untuk menterjemahkan kebutuhan dakwah kita disetiap zamannya. Sayyid Qutb menerangkan tentang beberapa metodologi dakwah itu sendiri :
a. Dakwah itu tidak memaksa ( hikmah wa ma’izahal al hasanah )
Ini adalah prinsip umum ( qaidah kulliyyah ) yang harus dipahami dan tidak dilanggar oleh siapapun.
Firman Allah :
Artinya :
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Al Baqoroh : 256 ) [162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. Inilah yang perlu kita pahami. Dakwah ini tidak bisa membebaskan, kalau kita sendiri memenjarakan (memaksakan) Sempat beberapa kali ditemukan, kader dakwah yang tidak ikhlas, bermain ” hitung-hitungan”, sering mengeluh, dan mudah futur,. Ini karena dahulu dakwah tidak sampai ke hati mereka. Maka, sampaikanlah dakwah dengan sentuhan hati yang kemudian sampai ke hati...sampaikanlah ia dengan hikmah...
b. Hidayah di tangan Tuhan
Prinsip ini seharusnya menjadi penenang hati para aktivis. Ketika kegagalan demi kegagalan terus datang, seharusnya tidak mengantarkan seorang al akh/ukh aktivis pada sebuah kefuturan atau bahkan kekecewaan yang memaksa ia meninggalkan jamaah dakwah... Dalam sebuah blog, sering terbaca kalimat-kaliman kefuturan dan kekecewaan seorang aktivis...seorang al akh yang karena pengorbanannya menjadikan ia seperti seorang ”single fighter” di tengah menumpuknya amanah dakwah yang ”harus” ia lakukan... Hal ini tidak sehat. Yang terbaik adalah dakwah dicapai dengan sebuah ”esensi”, bukan hanya dari setumpuk proposal dan LPJ yang telah selesai..
c. Dialog dengan cara yang baik ( mujadalah / jadal al husna )
Ini adalah metode yang baik dan efektif untuk menyampaikan sebuah pemahaman. Hal-hal yang disampaikan di buku-buku Belum tentu dapat diterjemahkan dengan baik oleh pemikiran pembaca, hingga yang sering terjadi adalah salah persepsi. Metode dialogis menjadi metode yang “ampuh” untuk mentransfer sebuah pemahaman. Namun yang sering terjadi kadang sebaliknya. Sering kali seorang kader dibenturkan pada diskusi-diskusi yang menjerumuskan pada perdebatan kusir. Ini karena ”over fanatik” yang tidak diimbangi dengan pemahaman yang mendalam. Sama halnya dalam kita berdakwah. Kadang pemahaman yang tidak diimbangi dengan cara komunikasi yang baik terhadap objek dakwah berimbas pada ketidak pahaman atau bahkan malah menimbulkan ke antipatian... Tindakan balasan yang setimpal ( mu’iqobal bi al mitsl ) Metode dakwah ini berbeda denga tiga metode dakwah sebelumnya, yang hanya berlaku dalam keadaan normal. Yang terakhir ini, hanya dapat dilakukan manakala terdapat gangguan dan permusuhan terhadap para pelaku dakwah. Misalnya, terhadap pelecehan islam...untuk hal ini, tidak ada istilah lemah, harus ada ketegasan. Sebagai muslim, kita harus fanatik terhadap keislaman kita. Tentu dalam persepsi yang benar... 4. Realisasi dakwah
Realisasi dakwah adalah bukti real penyampaian konsepsi-konsepsi islam. Dalam kenyataannya, realisasi dakwah selalu dikaitkan dengan pelakunya, yakni kader yang tentunya juga memberikan pengaruh terhadap realisasi dakwah itu sendiri. Yang terlihat, kita terus memasifkan rekruitmen yang menjadi pintu gerbang kemasukan kader. Di satu sisi, terlihat penambahan kuantitas kader yang melimpah. Namun, kenapa beberapa saat setelahnya, tidak ada bukti riil keberhasilannya...kenapa rekruitmen hanya bisa menghasilkan 3, 4 atau 5 kelompok halaqoh saja pada tiap generasi angkatannya.Tentu ada yang salah...Halaqoh ( liqo’) terkesan hanya untuk tempat ngajinya aktivis organisasi...kelak, tidak ada lagi penyamaran kata ini (red : liqo) di tataran ammah. Karena pda hakikatnya, mentoring dan liqo adalah dua buah jenjang anak tngga dlam tarbiyyah. Toh, walaupun ada pengkhususan tertentu, harus tetap ada perhatian terhadap mereka yang belum ”diliqo’kan”. Yang harus dipahami, dakwah ini bukan hanya menyisakan dan diperuntukan kepada kader inti saja. Tetap setelahnya ada kader pendukung yang akan membantu mengurangi kelelahan kader-kader inti. Ini yang harus diperbaiki. Karena kader inti yang identik dengan kader liqo’ akan kelelahan. Dengan jumlah yang minim tentu akan akan banyak terbutuhkan di tengah banyaknya wasilah dakwah yang terkelola. Yang terjadi akhirnya, adalah tarik menarik kader, hingga si kader memegang multi amanah. Karena energi yang terus terporsir, namun tidak diimbangi dengan energi ruhiyyah, kader-kader ini menjadi futur....dan akhirnya mereka menyatakan lepas... Saudaraku, kenapa yang terpikirkan saat ini, dengan banyaknya wajihah yang berlabel ”ikhwah”, menjadikan kader-kader seperti kader organisasi, bukan kader jamaah dakwah yang erat kaitannya dengan seabrek agenda dan tumpukan proposal... kenapa seolah-olah hanya terfokus pada kaderisasi integratif yang mengisyaratkan kenaikan jenjang kader diwajihah tersebut. Kita melupakan dakwah personal kita...dengan kaderisasi kultural..dakwah yang menjadi budaya dan kebiasaan yang dilakukan tiap kader atas nama perorangnya untuk kepentingan jamaah dakwahnya. Dakwah fardiyyah kita hanya terkenal saat rekruitmen wajihah saja, bukan dakwah yang terus berlangsung tanpa henti, karena itu dalah sebuah kebiasaan keseharian. Kurangnya pemahaman, kemampuan diskusi dan berkomunikasi manjadi satu diantara penyebabnya. Subhanallah seandainya tiap kader, mengekspresikan kefahamannya dalam ceramah-ceramah jum’at, diskusi dan kajian di masyarakat, tentu dakwah ini akan cepat tersampaikan.... ” Sambutan massa jangan sampai membuat kalian lupa merapihkan barisan internal kalian dan mempersiapkan kader-kader yang mampu menghadapi kesulitan dengan tegar”. (sayyid qutb) Hingga dengannya, Dakwah ini selaksa pohon yang kuat akarnya di bumi dan meninggi batangnya menjulang ke langit, kemudian berbuah dengan seizin-Nya.... Wallahu’alam bissowab Segala yang benar adalah pemilik al haq, Allah wa jalla, dan yang salah berasal dari selemah-lemahnya pikiran yang menuntut untuk terus belajar. Wassalamu’alaikum, wr.wb ( Amru Tsabat Al fatih ) * Referensi pemikiran : Paradigma Dakwah sayyid Qutb ( rekonstruksi pemikiran dakwah harakah )

Baca lanjutannya......
Diposting oleh rio
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum